Gereja Merah-Museum Probolinggo Kembali Jadi Jujugan Wisatawan Mancanegara 

Diposting pada

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Museum Rasulullah di Kota Probolinggo, Jawa Timur sudah tutup awal September lalu. Meski begitu, bangunan yang sejatinya bernama Museum Probolinggo itu masih memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Terbukti, Rabu (21/9/2022) puluhan wisatawan asal Eropa berkunjung ke museum tersebut dan Gereja Merah.

Saat berada di Museum Probolinggo, pengunjung asing asal Inggris dan Perancis tersebut tak lebih dari 10 menit. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menaiki 2 bus menuju Pasar Baru dan sentra Batik Manggur (Mangga dan Anggur) di Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan, kota setempat.

Sebelum masuk ke Museum Probolinggo, rombongan yang rata-rata usianya di atas 40 tahun itu disambut tarian tradisional Lengger yang dibawakan salah satu sanggar tari. Sambil menikmati makanan tradisional seperti, rebusan tela, kacang tanah dan lain-lain, mereka menikmati lantunan karawitan dan lenggam para penari. Bahkan beberapa bule ada yang ikut menari. 

Museum-Probolinggo.jpgSejumlah wisatawan mancanegara memasuki Museum Probolinggo. (FOTO: Agus Purwoko/TIMES Indonesia)

Seratusan bule tersebut tiba di Kota Probolinggo menaik kapal pesiar berbendera Perancis, Le Laperouse. Kapal tersebut berlabuh di pantai utara Jawa, setelah menempuh perjalanan dari Bali. Sekitar 40-an bule kemudian bertolak ke wisata Gunung Bromo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo dengan mengendarai 1 unit bus. Sisanya sekitar 60-an turis mengikuti City Tour berkeliling Kota Probolinggo. 

Pengunjung mancanegara yang memilih berkeliling di Kota Probolinggo itu, kebanyakan pasangan suami-istri. Dari Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo, mereka selanjutnya naik becak untuk mengunjungi beberapa spot di Kota Probolinggo.

Tempat wisata yang pertama yang dikunjungi yakni Klenteng Sumber Naga. Usai dari tempat peribadatan Tri Dharma itu, mereka menuju alun-alun dan singgah di Masjid Agung Raudlatul Jannah. 

Baca Juga :   Kearifan Lokal Masyarakat Bali Sebagai Wujud Identitas Kebudayaannya

Perjalanan dilanjutkan ke bangunan cagar budaya Gereja Merah. Di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Emanuel tersebut, para wisatawan mendapat pengetahuan tentang asal-usul gereja yang berlokasi di jalan Suroyo tersebut. Gereja yang seluruh dindingnya dari pelat besi bercat merah itu, hanya ada 2 di dunia. Yakni di Kota Probolinggo dan di Negara Belanda. 

Gereja dengan bangunan sistem knock-down (bongkar-pasang) tersebut dirancang di Belanda, dan diangkut dengan kapal ke Kota Probolinggo. Kemudian didirikan pada tahun 1862. Usai mendapat gambaran, puluhan bule laki dan perempuan itu menuju Museum Probolinggo menaiki becak. 

Museum-Probolinggo.jpgJajanan tradisional diborong wisatawan mancanegara saat berkunjung ke Museum Probolinggo dan Gereja Merah. (FOTO: Agus Purwoko/TIMES Indonesia)

“Ini kunjungan wisatawan mancanegara yang pertama, usai pandemi Covid-19. Mereka tadi sempat ke masjid, alun-alun dan Gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda),” jelas Fadjar Purnomo, kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata setempat.

Di Dekranasda, para turis mancanegara memborong kerajinan dan jajanan tradisional. Sedangkan saat berada di tempat kerajinan batik Manggur, mereka melihat cara pembuatan batik secara tradisional. “Mereka disana melihat pembuatan batik dan belajar membatik. Sebagian ke Bromo,” katanya. 

Dalam kesempatan itu Fajar menyebut, di bulan November dan Desember, akan datang lagi kapal pesiar dari Eropa. Hanya saja belum diketahui pasti jadwalnya. 

Meski demikian, pihaknya akan mempersiapkan segala sesuatunya demi menyambut kedatangan wisatawan mancanegara tersebut. “Kalau yang ini pemberitahuannya mendadak. Untungnya kita masih siap menyambutnya,” ujarnya.

Madam Anne Mari, salah satu wiisatawan asal Belanda yang berkunjung bersama suaminya mengatakan, ia belum pernah datang ke Kota Probolinggo. Hanya saja, ia pernah melihat Gereja Merah di Kota Probolinggo melalui internet. 

Baca Juga :   Tarif Terbaru Kapal Ferry Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk dan Merak-Bakauheni Halaman all

Perempuan paruh baya ini fasih berbahasa Indonesia, karena pernah tinggal selama 3 tahun di Jakarta. “Beautyful dan I love you Probolinggo. Baru pertama ke sini. Gereja ini saya tahu dari internet. Saya 3 tahun tinggal di Jakarta,” katanya. 

Hal senada juga disampaikan Perancia asal Perancis yang datang ke Indonesia juga bersama suaminya. Ia mengaku baru pertama kali ini naik becak, dan baru berkunjung ke Probolinggo. “Cukup Indah. Budaya dan makanan tradisionalnya, enak. Tapi panas di sini ya,” katanya dalam Bahasa Inggris ke sejumlah wartawan.

Patut ditunggu rencana kedatangan wisatawan mancanegara ke Kota Probolinggo, pada November dan Desember mendatang. Besar kemungkinan wisatawan asing tersebut tertarik untuk berkunjung ke Gereja Merah dan Museum Probolinggo, yang sebelumnya berganti nama menjadi Museum Rasulullah . (*)

**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.


Artikel ini bersumber dari : www.timesindonesia.co.id.

  • Baca Artikel Menarik Lainnya dari Travelling.Web.id di Google News

  • Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *