PAPARAN: Pemantik diskusi Dwi Pranoto saat memaparkan pandangannya tentang film Angin Timur dan media.
JEMBER, TADATODAYS.COM – Kolaborasi Jember Baru (KJB) season 1 inisiasi tadatodays.com biro Jember bekerjasama dengan Komedi Ruko, Kamis (6/10/2022) sukses menyelenggarakan nonton bareng (nobar) dan diskusi film “Angin Timur” karya Ekspedisi Indonesia Baru. Dalam diskusi di forum ini, Dwi Pranoto sebagai pemantik menyimpulkan bahwa media perlu berbeda di tengah arus wajah pemberitaan yang seragam.
Agenda pertama KJB di kantor tadatodays.com biro Jember di Perumahan Grand Permata Indah
Cinderamata lainNobar dan Diskusi bareng Tadatodays: Media Perlu Beda
Sumbersari itu mendapat respons antusias dari masyarakat sekitar. Puluhan orang hadir memeriahkan acara nobar dan diskusi film Angin Timur pertama di Kabupaten Jember.
Cinderamata lainNobar dan Diskusi Film “Angin Timur” di Tadatodays.com Jember
Sebagai pembuka, komika Jember Salman 3 roda menyajikan lawakan gurihnya pada pukul 19.30. Sebagai disabilitas, Salman membawakan materi tentang apa yang dirasakannya sebagai penyandang. Malam itu, ia berhasil mengocok perut para penonton dan disambut tepuk tangan meriah.
Lepas penampilannya, nobar film AnginTimur digeber. Film berdurasi 1 jam 40 menit tersebut mengangkat perjuangan nelayan di tengah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).Selain itu, dalam film tersebut, nelayan turut menghadapi pencemaran lingkungan, rusaknya ekosistem laut hingga dampak tambang.
Dalam film tersebut digambarkan keluh kesah nelayan tentang kenaikan harga BBM. Hal tersebut menjadi beban tambahan bagi nelayan, selain ongkos bekal dan biaya perbaikan kapal.
Selain BBM, masalah datang dari kapal tongkang. Di Karimunjawa, tongkang merusak ekosistem laut, seperti hancurnya terumbu karang. Kapal tongkang juga mengambil jatah solar nelayan di sana.
Tambak udang tanpa izin di Karimunjawa juga mengakibatkan kerusakan ekosistem laut. Pasir di pantai dipenuhi lumpur limbah dari tambak udang tersebut. Hal itu turut berdampak kepada tanaman bakau sebagai ekosistem laut.
Kemudian, di film tersebut, Trenggalek dan Banyuwangi memiliki masalah serupa, yaitu pertambangan emas. Dari pertambangan tersebut, jika curah hujan sedang tinggi, maka akan membawa lumpur dan sedimen lainnya ke sungai, hingga ke pinggiran laut tempat terumbu karang.
Dari fim tersebut, dampak langsung yang nelayan rasakan ialah berkurangnya hasil tangkapan mereka. Di pantai Pancer Banyuwangi salah satunya. Dari paparan data Ekspedisi Indonesia Baru di film tersebut, pada 2013 nelayan pantai Pancer sanggup meraup 5 ribu ton ikan per tahun dan naik 7,3 ton di 2014.
Tetapi pada 2015, pendapatan ikan menurun sekitar 80 persen yaitu 1.000 ton. Pada Agustus 2016 terjadi banjir lumpur di pantai PulauMerah, Banyuwangi. Hal tersebut menyebabkan turunnya pendapatan ikan nelayan menjadi 800 ton.
Dari data yang didapatkan oleh Ekspedisi Indonesia Baru, cacatan hasil tangkapan ikan menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi JawaTimur ialah 100-an ton perhari. Menurut Ekspedisi Indonesia Baru, catatan tersebut ialah hasil tangkapan dari kapal besar yang jarak jelajahnya jauh di tengah laut.
NOBAR: Nonton bareng film Angin Timur di kantor tadatodays.com biro Jember, dijubeli penonton.
*
Dalam sesi diskusi, Dwi Pranoto menyampaikan bahwa menurutnya, apa yang dilakukan Ekspedisi Indonesia Baru dalam film Angin Timur tersebut ialah bentuk dari jurnalisme advokasi. “Apa yang dilakukan Dandi dan kawan-kawan menurut saya adalah bentuk dari jurnalisme advokasi,” jelasnya.
Menurutnya, metode bercerita juksta posisi (persejajaran) antara laut selatan dan utara diterapkan di film Angin Timur. Film tersebut tidak menggunakan metode kronologis. Sehingga implikasi umumnya, film Angin Timur tersebut dibangun secara analogis, bukan kausalitas. “Implikasinya, argument filmisnya, secara umum, dibangunsecara analogis, bukan kausalitas,” ujarnya.
Namun, Pranoto menyayangkan banyaknya variabel yang disajikan di film Angin Timur. “Meski demikian, kita juga patut apresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh Tim Ekspedisi Indonesia Baru,” katanya.
Selanjutnya, ia berharap bahwa tadatodays.com mampu menyuarakan suara minor yang jarang dilirik oleh kebanyakan media dengan berita yang seragam, khususnya di Jember. “Saya harap, tadatodays bisa menyuarakan isu-isu minor yang memang perlu untuk diangkat,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Pranoto mencontohkan kerja jurnalisme yang berhasil menguak skandal Watergate di Amerika Serikat pada masa presiden Richard Nixon.“Salah satucontohnya adalah pembongkaran Watergate oleh media saat itu,” katanya mencontohkan.
Jurnalisme demikian, lanjutnya, perlu untuk dipertajam dan digalakkan.“Seperti apa yang sudah dilakukan oleh Tirto dan Project M yang juga akan dan akan dilakukan oleh tadatodays.com, perlu untuk dipertajam dan digalakkan di tengah arus media saat ini,” terangnya.
Dua hari sebelum acara tersebut, Selasa (4/10/2022), Pranoto sempat mengeluhkan jika artikel berjudul “Skandal Anti-Yahudi ”Keadilan Rakyat” padaDocumenta 15” yang ia tulis di laman Jawa Pos, dimuat ulang tanpa persetujuannya di laman xnews dalam penelusuran tadatodays.com. “Lah, artikel yang saya tulis kemarin di Jawa Pos itu dimuat di laman yang saya lupa namanya,” terangnya.
Setelah paparannya, Pranoto mendapat pertanyaan dari Daus sebagai salah seorang peserta. “Hal apa yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan media edukatif di tengah masyarakat?” Tanya Daus.
Lalu, Pranoto menjawab bahwa bagaimanapun produk jurnalistik membutuhkan pembaca.Masalah yang dihadapi media saat ini ialah bagaimana menyampaikan konten yang edukatif dan tidak reduktif. Di lain sisi, konten edukatif tersebut bisa berupa penawaran atau doktrin. “Jadi, bagaimana media bisa menyampaikan konten yang edukatif namun tidakreduktif,” katanya.
Di akhir diskusi, Pranoto memberikan pesan bahwa membaca tidak membuat orang menjadi baik sekaligus buruk. Namun, membaca tidak hanya dapat membuat orang menjadi baik, tetapi juga buruk. “Oleh karenanya, pertama, belajarlah membaca dengan benar,” pungkasnya.
Menutup agenda malam itu, Kepala Biro tadatodays.com Jember Andi Saputra menyerahkan cinderamata berupa kaus kepada DwiPranoto dan Salman 3 roda. Dalam agenda tersebut, panitia juga menarik saweran seikhlasnya untuk diberikan kepada Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru. (iaf/why)
Artikel ini bersumber dari : tadatodays.com.