YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Pasar Kangen kembali hadir di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Gelaran nostalgia kuliner tradisional dan barang-barang tempo dulu ini digelar mulai 18-27 Agustus 2022 atau selama 10 hari.
Koordinator Pasar Kangen Ong Hari Wahyu mengatakan, konsep dasar dari gelaran ini yakni melestarikan pangan tradisional agar tak tergeser dengan pangan modern.
“Maksudnya, supaya pangan kita, jajanan kita tidak dilupakan atau hilang. Jadi makanan tradisional supaya enggak hilang, karena saat ini kan banyak makanan-makanan dari luar,” ujar Koordinator Pasar Kangen Ong Hari Wahyu saat ditemui di acara pembukaan Pasar Kangen di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Gondomanan, Yogyakarta, Kamis (18/08/2022).
Baca juga: 34 Wisata Yogyakarta yang Pas Dikunjungi Saat Libur Panjang
Pasar Kangen sempat absen selama dua tahun karena pandemi Covid-19 dan kembali hadir tahun ini.
Tema Pasar Kangen 2022 adalah “Kumandhange Pasar“. Tema ini dianggap mewakili kondisi yang dirasakan masyarakat selama pandemi Covid-19, di mana banyak sektor kehidupan seolah berhenti berputar, ibarat “Pasar Ilang Kumandhange“.
Ketika pasar berhenti, maka tidak ada aktivitas perdagangan, sehingga roda ekonomi dan hubungan sosial juga akan terhenti.
“Kan ada Pasar Ilang Kumandhange, itu (dikutip dari ramalan pujangga) Ronggo Warsito. Nah, Kumandhange Pasar ini supaya apa, supaya pasar berkumandang lagi,” tegasnya.
Baca juga: 15 Tempat Wisata Dekat Malioboro Yogyakarta untuk Liburan Murah
Sementara tagline Pasar Kangen 2022 adalah “Ora Cucul Ora Ngebul“. Tagline ini merupakan semangat baru pasca-pandemi serta mengandung ajakan untuk bangkit dan kembali bekerja.
“Ora Cucul Ora Ngebul. Nah, agar pasar berkumandang ya orang harus bekerja, supaya dapurnya ngebul. Pasca-pandemi ini orang harus bekerja dan pasar harus hidup supaya roda ekonomi jalan,” tuturnya
Ong menambahkan, Pasar Kangen juga menjadi ajang kreativitas dan produktivitas dalam pengolahan pangan berbasis nilai-nilai dan bahan-bahan lokal.
Meski demikian, Pasar Kangen ingin pangan tradisional bisa menghadapi perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri budaya bangsa, bahkan ikut bersaing.
Pengalaman merasakan relasi tradisional
Tak hanya aktivitas jual-beli, di Pasar Kangen pengunjung juga bisa merasakan pengalaman melakukan relasi tradisional antara pedagang dan pembeli seperti di pasar tradisional, atau dengan sesama pengunjung.
Situasi yang mungkin sudah banyak hilang di era modern ini.
Baca juga: 7 Wisata Malam di Bantul Yogyakarta, Banyak Spot Foto Keren
Menurut Ong, sebanyak 277 peserta terpilih dari hasil kurasi. Mereka terbagi menjadi 170 peserta kuliner, 77 peserta penjual barang-barang lawas, serta kerajinan dan komunitas seni.
“Kurasinya berdasarkan jenis kuliner yang lama, berbasis lokal, terus kreativitas pengolahan pangan berbasis bahan lokal. Makanan yang modern tidak, karena sudah punya ruang sendiri,” tuturnya.
Selain menghadirkan kuliner khas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pengunjung juga bisa menemukan jajanan tradisional dari daerah lain di Indonesia, serta aktivitas lain seperti workshop.
Baca juga: 8 Tempat Camping di Yogyakarta, Ada Lokasi Pinggir Waduk dan Sungai
Di antara workshop yang tersedia, ada workshop membuat pangan tradisional seperti membuat getuk atau botok, sebagai bagian dari upaya pelestarian. Sebab, para penjual pangan tradisional juga ingin membagikan ilmunya secara lebih luas.
“Nah, ketika berbagi ilmu biar nantinya ada terus, biar sustain,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini bersumber dari : travel.kompas.com.