Upaya FIK UI Cegah Stunting di Desa Batu Nampar Selatan, Lombok Timur

Diposting pada

LOMBOK TIMUR–Dosen dan mahasiswa spesialis Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia (FIK UI) menggelar kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan tema pencegahan stunting. Kegiatan   sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi ini berlokasi di Desa Batu Nampar Selatan, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Lokasi ini dipilih karena desa tersebut merupakan salah satu desa lokus stunting di Kabupaten Lombok Timur. Jumlah balita stunting sebanyak 39,34 persen.

Tujuan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai pencegahan stunting. Harapannya terjadi peningkatan pemahaman dan sikap terkait pencegahan stunting.

Sampai saat ini, stunting masih menjadi masalah kesehatan yang dialami tidak hanya pada level nasional tetapi juga pada level global. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan semua pihak dalam penanganannya.

Program Pengabdian Masyarakat FIK UI yang dilaksanakan selama 2 hari yakni Jumat-Sabtu (26-27/8/2022). Melibatkan remaja, kader kesehatan dan ibu yang memiliki bayi usia di bawah 2 tahun (baduta).

Tim Pengabdi FIK UI meyakini pencegahan stunting tidak semata-mata hanya menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan tetapi juga perlu keterlibatan semua pihak dalam pencegahannya.

Pada hari pertama, kegiatan pengabdian masyarakat melibatkan peran remaja putri dalam pencegahan stunting. Kejadian stunting erat kaitannya dengan kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi seimbang juga remaja putri yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi.

Dalam sambutannya, Dr. Nani Nurhaeni,S.Kp.,MN., selaku ketua Tim Pengabdi mengatakan bahwa meskipun prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 30,8 persen pada tahun 2018 menjadi 24,8% pada tahun 2021, namun angka tersebut belum mencapai target nasional yakni sebesar 14 persen pada tahun 2024. Artinya, masih ada PR untuk menurunkan prevalensi sebesar 10,4 persen dalam 2,5 tahun ke depan.

Baca Juga :   Bupati Bengkalis Sambut Kunjungan Silaturahmi Staf Khusus Menkumham RI

“Butuh kolaborasi semua pihak dalam pencegahan stunting sejak dini. Salah satu caranya adalah dengan mempersiapkan generasi remaja putri agar tetap dalam kondisi yang sehat,” jelasnya.

Selanjutnya, Ns. Syamikar Baridwan selaku perwakilan mahasiswa melakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb) kepada para peserta remaja putri. Hal ini dilakukan agar tim pengabdi bisa mengetahui status Hb dan anemia remaja putri. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar Hb semua peserta masih relative dalam batasan normal diantara nilai 12–16 g/dL.

Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian edukasi dari perwakilan mahasiswa, Ns. Ayuni Rizka Utami, mengenai konsep stunting, anemia pada remaja dan hubungan antara remaja dan kejadian stunting. Sekaligus memperkenalkan prototype yang dibuat berjudul “rela ceting” serta cara menggunakannya. Harapannya, prototype yang dikembangkan oleh tim pengabdi bisa dimanfaatkan oleh para remaja di wilayah Desa Batu Nampar Selatan untuk mendapatkan informasi mengenai stunting, anemia dan kaitannya antara remaja dan kejadian stunting.

Pada hari kedua, kegiatan pengabdian masyarakat melibatkan kader kesehatan dan ibu yang memiliki anak balita. Kegiatan yang dilakukan adalah praktek pembuatan Makanan Pendamping Aiar Susu Ibu (MP ASI) dengan menggunakan bahan lokal yang bisa diolah menjadi MP ASI.

“Meskipun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, bayi berusia kurang dari 6 bulan membutuhkan lebih banyak vitamin,” kata Ns. Laode Abdul Rahman, perwakilan tim pengabdi.

Dia menyebut, mineral, protein bisa dipenuhi dari makanan pendamping ASI. Pemberian MP ASI ini tentu memiliki banyak manfaat terhadap tumbuh kembang bayi dan salah satu manfaatnya adalah mencegah stunting.

Lebih lanjut Ns. Astuti sebagai perwakilan mahasiwa mengatakan, pemberian MP ASI sebetulnya tidak perlu mahal dan mewah. Ada banyak bahan lokal yang bisa diolah menjadi MP ASI yang mengandung banyak nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Baca Juga :   Deretan 6 Masjid Tertua di Indonesia, Nomor 5 Saksi Bisu Penyebaran Islam di Lombok

“Hal yang penting untuk diketahui sebelum membuat MP ASI adalah sebaiknya memperhatikan usia, jenis, frekuensi dan tekstur makanan yang disipakan sebagai MP ASI,” paparnya.

Agar kader dan ibu yang memiliki bayi mudah mengingat bahan makanan dan cara mengelolanya maka tim pengabdi FIK UI telah membuat buku dengan judul “Rempah Lombok”. Rempah Lombok ini sebetulnya akronim dari Resep Makanan Pendamping Air Susu Ibu Khas Lombok dimana isi buku ini membahas mengenai MPASI, dan beberapa resep makanan yang bisa diolah menjadi MPASI melalui menu lokal.

Setelah penjelasan buku rempah lombok, tim pengabdi mencontohkan cara membuat MP ASI dengan menggunakan menu “Ikan Bumbu Rajang”.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Kepala Puskesmas Sukaraja Munawir Subhan, dan Penanggung Jawab Program Gizi Puskesmas Sukaraja Ida Lailatul Husna serta Sekretaris Desa Batu Nampar Selatan Abdul Gani.

Kepala Puskesmas berterimakasih kepada Tim Pengabdi FIK UI yang telah memiliki Desa Batu Nampar Selatan sebagai lokasi pengabdian masyarakat karena memang sangat butuh sentuhan program yang inovatif.

Abdul Gani, sekretaris desa berharap kegiatan-kegiatan inovatif lainnya terkait program pencegahan stunting di Desa Batu Nampar Selatan bisa tetap ada. (ida/r10)

 


Artikel ini bersumber dari : lombokpost.jawapos.com.

  • Baca Artikel Menarik Lainnya dari Travelling.Web.id di Google News

  • Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *